setidaknyabuku ini dapat memberikan jawaban atas pertanyaan apakah proses komunikasi dalam konteks public relations dapat berlangsung baik dan mampu membangun kepercayaan publik (trust public), atau justru sebaliknya pelaksanaan public relations berjalan kurang efektif, karena berhadapan dengan problem komunikasi sehingga Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Perkembangan Teori Public Relations dan Implikasinya terhadap Penelitian dan Pendidikan Public Relations di Indonesia* I Gusti Ngurah Putra** Ada pertanyaan-pertanyaan filosofis yang diajukan seorang pakar komunikasi dari Arab Saudi yang perlu kita jadikan bahan renungan tatkala kita mencoba memahami praktek public relations di negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Ia mengajukan pertanyaan “apakah sarjana public relations menyadari adanya fakta bahwa filsafat dasar dan prinsip-prinsip public relations tidaklah sama di beberapa masyarakat yang memiliki perbedaan-perbedaan menonjol dan bahwa mungkin ada banyak jenis public relations?” Al-Enad, 1990, p. 24. Pertanyaan ini ia ajukan mengingat pada dasarnya peranan dan fungsi public relations sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan di mana public relations itu dipraktekkan. Al-Enad juga mengajukan pertanyaan lain, masihkah sebuah praktek yang tidak didasari filosofi mendasar atas keberadaan praktek public relation bisa disebut atau dikategorikan sebagai public relations? Pertanyaan Al-Enad layak juga kita kemukakan berkaitan dengan praktek public relations di Indonesia. Ini mengingat antara lain ada faktor konteks historis dari praktek public relations yang berbeda di antara negara-negara yang mempraktekkan public relations. Jika pertanyaan ini lebih ditukikkan, ia bisa menjadi begini Perlukah organisasi-organisasi di negara-negara yang pemerintahannya relatif otoriter mempraktekkan public relations dalam operasi mereka sehari-hari? Adakah kelompok yang kita sebut sebagai publik dalam masyatakat yang demikian? Kalaupun ada, bukankah publik’ di negara-negara seperti itu tidak memiliki * Makalah disampaikan untuk Seminar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia ISKI, Yogyakarta, 20-22 Juni 1996 dan dimuat dalam Trend Komunikasi Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No 9 & 10, 1997. ** IG. Ngurah Putra adalah staf pengajar jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Menyelesaikan pendidikan pasca sarjana dalam bidang komunikasi pada Faculty of Communication, University of Canberra, Australia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mas Setio, Mbak Yudi, Mas Joseph, dan G. Arum Yudarwati atas masukan dan komentarnya terhadap makalah ini dalam diskusi interen staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atmajaya, Yogyakarta. kekuatan untuk mempengaruhi perilaku organisasi? Atau, kalaupun ada, kekuatan mereka sering diredusir oleh kekuatan yang lebih besar. Bukankah tidak ada pers bebas yang dapat menjadi anjing penjaga’ pemerintahan maupun organisasi bisnis? Pers yang bebas untuk memberitakan prilaku buruk, baik organisasi bisnis maupun organisasi politik, sehingga publik, jika itu ada, memiliki informasi yang memadai untuk menilai keberadaan organisasi bisnis dan sosial. Bukankah pers di negara demikian banyak dijalankan oleh beberapa wartawan yang integritas profesionalnya patut kita ragukan, karena mereka sering meliput suatu peristiwa untuk mencari amplop’? Atau apakah praktek relations merupakan suatu praktek khas sebuah organisasi sesuai dengan latar belakang sosial, politik, budaya organisasi tersebut? Banyak pertanyaan filosofis lain yang layak kita ajukan manakala kita melihat praktek public relations di berbagai organisasi dalam seting sosial, politik dan kultural yang beraneka ragam. Makalah ini tidak diniatkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Biarlah pertanyaan tersebut menjadi bahan renungan bersama. Yang ingin disajikan dalam makalah ini adalah perkembangan teori-teori public relations dan sejumlah implikasi terhadap arah penelitian public relations serta pendidikan public relations di Indonesia. Tiga Pendekatan dalam Studi Public relations Dalam studi atau penelitian public relations, terutama di Amerika Serikat, Toth 1992 mengemukakan adanya tiga pendekatan yang cukup menonjol, yakni pendekatan rhetorik rhetorical approach, pendekatan sistem systems approaches dan pendekatan kritis critical approach. Kadang pendekatan rhetorik dan pendekatan kritis dianggap sama, namun ada juga yang melihatnya sebagai pendekatan yang berbeda. Pendekatan rhetorik melihat public relations sebagai sebuah alat yang dipergunakan oleh organisasi untuk membujuk atau mempersuasi pihak-pihak lain yang berkepentingan yang dihadapi organisasi. Titik perhatiannya terletak pada penggunaan wacana discourse untuk membujuk kalangan pihak berkepentingan stakeholders. Menurut Heath 1992. Public relations tidak lain daripada sebuah bentuk rhetorik yang dengannya, orang secara pribadi maupun atas nama organiasasi mempengaruhi pendapat, membentuk saling pemahaman, penilaian, dan juga sikap. Untuk itu, ia memandang rhetorik sangat penting dalam masyarakat karena melalui rhetoriklah, pendapat, pengertian dan penilaian dapat dibentuk dan tindakan dapat diambil. Menurut Heath 1992, masyarakat terdiri dari berbagai kelompok yang memiliki kepentingan sendiri-sendiri dan bersaing satu sama lainnya dalam usaha mereka untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Kelompok-kelompok ini menggunakan rhetorik dalam kegiatan public relations untuk mempertahankan kepentingan mereka. Di sini, kelompok yang ada, entah itu organisasi bisnis, kelompok aktivis lingkungan hidup, kelompok pembela konsumen dan sebagainya, menggunakan rhetorik untuk mencapai ketaatan, good will, pengertian, penghargaan dan tindakan-tindakan. Public relations digunakan oleh organisasi bisnis maupun pribadi-pribadi dalam masyarakat untuk melayani kebutuhan-kebutuhan organisasi. Public relations bagi sebuah perusahaan digunakan untuk membangun visibility’ dan identitas produk maupun jasa yang ditawarkannya. Sebaliknya, publik dalam konteks free market place of ideas’ dianggap memiliki kemampuan untuk menggunakan rhetorik untuk menanamkan pengaruhnya pada organisasi. Penggunaan rhetorik oleh suatu organisasi melalui kegiatan kehumasannya atau corporate communicationnya haruslah dilihat sebagai sebuah upaya untuk mempertahankan dan mengartikulasikan kepentingan mereka dalam pasar ide-ide. Upaya semacam ini sah-sah saja adanya, karena memang dalam masyarakat seperti itu dimungkinkan terjadinya pertukaran informasi secara relatif sangat bebas. Yang menjadi bahan telaah dari pendekatan rhetorik dalam penelitian-penelitian public relations adalah isi contents dari berbagai komunikasi yang dilakukan oleh berbagai organisasi. Ini bisa berbentuk isi pidato para eksekutif puncak dari organisasi tertentu, isi penerbitan-penerbitan internal, press releases, maupun isi komunikasi melalui media audio-visual serta isi komunikasi bentuk lainnya. Dari studi terhadap isi komunikasi dalam konteks kegiatan public relations ini akan terlihat tema-tema menonjol yang digunakan tidak hanya oleh sebuah organisasi bisnis tetapi juga oleh para stakeholders’nya’ dalam usaha mereka untuk mempengaruhi lingkungan simbolik yang ada. Misalnya, dalam usaha mempertahankan industri perminyakan, perusahaan minyak mobil oil dengan gencar mengkampanyekan keunggulan mobil yang menggunakan minyak daripada mencari solusi baru untuk menggantikan mobil pemakai minyak dengan mobil tenaga surya. Penelitian-penelitian dengan menggunakan pendekatan rhetorik ini umumnya dilakukan sarjana komunikasi yang berada dalam lingkungan “department of speech communication.” Berbeda dengan pendekatan rhetorik, pendekatan kritis bertumpu pada ekonomi politik. Dalam pendekatan ini, public relations dilihat dalam hubungannya dengan kepentingan siapa yang sedang dilayani oleh praktisi public relations atau komunikasi korporat. Toth 1992 menganggap bahwa sarjana dari aliran kritis dalam studi public relations menganalisis organisasi dan pesan-pesan yang ditampilkan bukan dalam usaha untuk memperbaiki organsisi bersangkutan, tetapi lebih pada merusak kepercayaan orang terhadap organisasi. Memang, dalam kacamata pendekatan kritis, peranan utama public relations dalam sebuah organisasi adalah untuk mempertahankan kesejahteraan’ organisasi melalui usaha-usaha pengontrolan terhadap lingkungan organisasi Gandhy, Jr., 1992. Bagi Gandhy, misalnya, usaha-usaha yang dilakukan sejumlah orang untuk mengarahkan public relations menuju praktek yang secara sosial lebih bertanggungjawab, seperti apa yang dilakukan James Grunig misalnya, dianggap kurang realistis lihat misalnya Rakow, 1989. Bagi pendekatan kritis, public relations tidak lain dari sebuah tool’ bagi sebuah organisasi untuk mendominasi pasar ide-ide. Public relations merupakan sebuah instrumen yang melayani kepentingan kelompok bisnis atau kelas dominan dalam masyarakat. Jika pendekatan kritis melihat public relations tidak lebih dari sebuah instrumen bagi kelompok-kelompok dominan dalam masyarakat untuk mempertahankan dominasinya, pendekatan sistem systems approaches melihat public relations sebagai sebuah fungsi dalam organisasi untuk melakukan adaptasi dan penyesesuaian terhadap lingkungan tempat ia berada. Sistem teori melihat sebuah organisasi sebagai sebuah satuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berinteraksi satu sama lainnya dan satuan itu sendiri juga berinteraksi dengan lingkungan yang melingkupinya dalam usaha untuk mecapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini, sebuah organisasi sebagai sebuah sistem menghadapi supra sistem dan sekaligus memiliki sub-sistem yang selalu berada dalam hubungan interaktif satu sama lainnya. Dengan demikian, sebuah organisasi selalu menghadapi proses dinamik baik dalam lingkungan internal maupun lingkungan eksternalnya. Public relations idealnya, di samping berfungsi untuk membela kepentingan organisasi juga berfungsi untuk membela kepentingan stakeholders. Organisasi, jika ia ingin bertahan, harus mampu melakukan pertukaran informasi dan sumber daya dengan lingkungan internal dan eskternalnya. Ini berarti, sebuah organisasi harus dipahami sebagai sebuah entitas yang memiliki ketergantungan sekaligus kesalingtergantungan dengan lingkungannya, dan yang selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan. Untuk itulah sebuah organisasi, jika kita menggunakan teori sistem sebagai acuan, berusaha untuk menciptakan a boundary spanning task’. Menurut Hodge & Anthony 1988 beberapa bagian dari struktur organisasi memiliki fungsi boundary spanning’. Bagi mereka, a boundary spanning unit’ tidak lain merupakan unit-unit atau bagian-bagian dalam organisasi yang tujuan utamanya adalah untuk mengadaptasi organisasi terhadap tantangan/hambatan dan kontingensi atau segala kemungkinan di dalam lingkungannya yang tidak dapat dikontrol oleh organisasi. Dalam konteks demikianlah, sejumlah teoritikus public relations memandang bahwa petugas public relations atau unit public relations dalam sebuah organisasi memiliki fungsi sebagai sebuah boundary spanning.’ Grunig dan Hunt 1984 misalnya, menganggap personalia public relations berada dalam batas sebuah organisasi. Mereka bertindak sebagai liaison antara organisasi dengan lingkungannya. Dengan demikian, dari kaca mata pendekatan sistem, praktisi public relations harus mampu mengontrol konflik dan melakukan negosiasi antara tuntutan lingkungan di satu pihak dengan kebutuhan sebuah organisasi untuk bertahan dan berkembang di pihak lainToth, 1992. Dengan mengacu pada teori sistem, Grunig dan Hunt 1984 menyatakan bahwa apa pun yang dilakukan oleh organisasi selalu punya konsekuensi pada stakeholdersnya. Namun di lain pihak juga harus disadari bahwa ketika publics atau stakeholders mulai sadar akan konsekuensi tersebut, mereka sangat mungkin juga mengambil satu tindakan yang akan berpengaruh pada organisasi. Kaum buruh mungkin melakukan pemogokan jika upah atau kondisi kerja tidak sesuai dengan standar kesehatan, para konsumen mungkin memboikot suatu produk yang tidak halal atau menyalahi standar kesehatan, misalnya. dst..dst. Singkatnya, organisasi perlu beradaptasi terhadap lingkungannya, dan praktisi public relations berperan dalam membantu organisasi melakukan adaptasi tersebut. Model-Model Public Relations Dari pendekatan sistem ini pula Grunig 1992 menandaskan bahwa praktek public relations yang paling dapat diterima secara sosial dan yang paling etis adalah praktek public relations model simetris dua arah two-way symmetrical model. Menurut Grunig & Hunt 1984 dan Hunt & Grunig 1994 berdasarkan perkembangan historis praktek public relations, terutama di Amerika Serikat, ada empat model public relations yang dapat diidentifikasi. Pertama, model press agentry keagenan pers atau model propaganda. Kedua, model informasi publik public information model. Ketiga, model asimetris dua arah two-way asymmetrical model. Keempat, model simetris dua arah two-way symmetrical model. Namun demikian, studi-studi tentang praktek public relations di luar Amerika Serikat, terutama di negara Asia, menemukan bahwa ada satu model menonjol yang diterapkan organisasi di India dan Taiwan, yakni model pengaruh individu’ personal influence lihat misalnya Sriramesh, 1992; Huang, 1994; dan Grunig et. al. 1995. Model press agentry menggambarkan program-program public relations dengan tujuan tunggal untuk memperoleh publisitas melalui media massa yang menguntungkan favourable organisasi. Dalam model ini, kadang kebenaran dari informasi yang disampaikan menjadi tidak penting. Menurut L. Grunig 1992 praktisi yang mempraktekkan model ini sering dipandang tidak lebih dari sekadar flack’. Sedangkan dalam model informasi publik, kegiatan public relations bertujuan untuk penyebaran informasi kepada publik. Praktisi yang mempraktekkan model ini sering dijuluki sebagai journalist in residence,’ yakni praktisi yang menekankan hubungan media dengan membuat press releases’ yang sesering mungkin. Namun demikian, berbeda dengan model press agentry, dalam model ini praktisi sudah mempertimbangkan pentingnya kebenaran dalam informasi yang disampaikan. Model asimetris dua arah sudah lebih canggih dari kedua model sebelumnya. Praktisi public relations yang mempraktekkan model ini menggunakan hasil riset untuk mengembangkan pesan-pesan yang sekiranya lebih mudah untuk membujuk publik agar publik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan-harapan organisasi. Model ini disebut juga sebagai model persuasi ilmiah scientific persuasion yang menggunakan hasil-hasil penelitian tentang sikap, misalnya, untuk merancang pesan. Karenanya, model ini biasanya lebih efektif jika dibanding dengan model dua yang pertama tadi. Walaupun begitu, model ini, menurut Hunt & Grunig 1994 adalah model yang lebih mementingkan pembelaan organisasi daripada mencari solusi yang terbaik bagi penyelesaian problem public relations yang muncul. Maka, organisasi diasumsikan selalu benar dalam tindakan-tindakannya, sementara publik tidak perlu diakomodasi kepentingan-kepentingannya. Model ini jelas kalah efektif jika dibandingkan dengan model simetris dua arah Hunt & Grunig, 1994. Model simetris dua arah menggambarkan sebuah model public relations yang beroperasi berdasarkan penelitian dan menggunakan komunikasi untuk mengelola konflik dan meningkatkan pemahaman dengan publik strategik. Model ini menekankan pentingnya sebuah perubahan prilaku organisasi untuk merespon tuntutan publik. Dengan kata lain, public relations dalam sebuah organisasi di samping berfungsi untuk mempersuasi publik juga berfungsi untuk membujuk pengelola organisasi. Inilah yang menurut Grunig 1992 merupakan model public relations yang paling etis dan bisa diterima secara sosial. Namun, banyak yang melihat model ini sangat utopis lihat misalnya Rakow, 1989. Dalam kenyataannya, organisasi yang ada lebih banyak menerapkan public relations tiga model pertama. Sebenarnya, kritik terhadap model ini mulai muncul. Kritik terhadap konsep model public relations ini dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, kritik metodologis, kedua kritik terhadap asumsi-asumsi yang membangun model keempat. Kritik pertama dikemukakan oleh Leichty dan Springston 1993. Menurut mereka, secara metodologis model public relations memiliki dua kelemahan. Pertama, model ini memunculkan masalah berkaitan dengan pengukuran terhadap masing-masing model. Tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan di antara model-model public relations. Kalaupun ada, menurut mereka, mungkin hanya ada dua model public relations, model satu arah dan model dua arah. Kedua, ada masalah agregasi berkaitan dengan cara pertanyaan disusun dan jawaban yang diberikan oleh praktisi. Model public relations mengasumsikan bahwa hanya terdapat satu cara yang dipraktekkan oleh sebuah organisasi sepanjang waktu dan untuk seluruh publik. Menurut Leichty & Springston, sebuah organisasi mungkin mempraktekkan model press agentry menghadapi publik terentu, mungkin menerapkan model lain untuk publik lainnya. Organisasi mungkin menerapkan model public relations secara situasional sesuai dengan perkembangan isu dan publik yang dihadapinya. Mereka menyarankan untuk melihat praktek model ini pada tingkat hubungan antara organisasi dengan masing-masing publik, bukan pada tingkat organisasi. Berbeda dengan kritik Leichty & Springston 1993, kritik yang dikemukakan Coombs 1993 berkaitan dengan asumsi-asumsi dasar dari model public relations yang dibangun berdasarkan pendekatan sistem. Kritik Coombs sebenarnya lebih khusus ditujukan untuk model simteris dua arah, yang menurutnya merupakan model yang tidak menjadi pilihan untuk diterapkan. Menurut Coombs, model simetris dua arah, yang seperti dikemukakan oleh Grunig, merupakan model yang paling ideal, tidak banyak diterapkan dalam praktek public relations karena, asumsi-asumsi yang mendasari model ini dibangun dengan landasan pluralisme. Pluralisme mengasumsikan bahwa kelompok-kelompok yang hidup di tengah-tengah masyarakat mempunyai kemampuan yang sama dalam interaksi mereka satu sama lainnya. Dalam kenyataannya, organisasi-organisasi bisnis yang ada memiliki sumber daya yang begitu besar jika dibandingkan dengan publik yang mereka hadapi. Hubungan yang asimetris ini menyebabkan, organisasi bisnis cenderung untuk mempraktekkan model public relations yang juga bersifat asimetris. Peranan Public relations Di samping konsep model public relations ini, dalam usaha pengembangan profesionalisme public relations juga berkembang konsep peranan public relations. Konsep ini melihat praktek public relations dari capaian-capaian yang telah diperoleh praktisis public relations dalam seting organisasional. Konsep ini pada mulanya dikembangkan oleh Broom dan kemudian oleh Broom dan Smith Dozier, 1992 yang kemudian juga telah menjadi bagian penting dari penelitian public relations di Amerika Serikat dan sejumlah negara lain, misalnya Thailand lihat Ekachai, 1995. Menurut Dozier 1992, peranan praktisi public relations dalam organisasi merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman fungsi public relations dan komunikasi organisasi. Peranan praktisi public relations juga merupakan salah satu kunci untuk pengembangan pencapaian profesional dari praktisi public relations. Pada mulanya, peranan public relations dibagi ke dalam empat kategori yakni sebagai expert prescriber, communication facilitator, problem solving process facilitator dan communication technician. Sebagai seorang expert prescriber, praktisi public relations membantu manajemen dengan pengalaman dan keterampilan mereka untuk mencari solusi bagi penyelesaian masalah public relationship yang dihadapi sebuah organisasi. Hubungan praktisi public relations dengan manajemen sama halnya dengan hubungan dokter dan pasien. Manajemen percaya bahwa sebagai ahli, praktisi public relations akan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasai masalah public relations yang sedang dihadapinya, sehingga manajemen pasif dan menerima apa yang telah diusulkan oleh praktisi public relations Dozier, 1992; Dozier & Broom 1995. Sebagai problem-solving process facilitator, praktisi public relations membantu kerja manajemen melalui kerja sama dengan bagian lain dalam organiasasi untuk menemukan pemecahan masalah yang memuaskan bagi masalah public relations. Dalam peranan ini, praktisi public relations merupakan bagian dari tim manajemen membantu organisasi dan para pimpinannya melalui proses penyelesaian masalah secara rasional. Sedangkan dalam posisi sebagai communication facilitator, praktisi public relations membantu manajemen dengan menciptakan kesempatan-kesempatan untuk mendengar’ apa kata publics dan menciptakan peluang agar public penting mendengar apa yang diharapkan manajemen Broom & Dozier, 1995. Tipe keempat peranan praktisi public relations hanya menyediakan layanan teknis komunikasi untuk organisasi sedangkan keputusan untuk teknis komunikasi yang harus dijalankan ditentukan oleh orang atau bagian lain dalam organisasi. Dalam peranan ini, praktisi public relations sering juga disebut sebagai journalist in residence.’ Tiga peranan yang disebut pertama akhirnya dipertimbangkan sebagai peranan manajerial’ sedangkan yang terakhir dikategorikan berbeda sebagai peranan teknis.’ Sehingga kemudian, Dozier berpendapat bahwa hanya ada dua peranan praktisi public relations dalam sebuah organisasi, yakni public relations manager atau communication manager role dan public relations technician atau communication technician role. Secara ideal, kedua peranan harus ada dalam praktek public relations pada sebuah organisasi. Namun demikian, dalam banyak organisasi, praktisi public relations hanya menjalankan peranan teknisi sebab apa yang mereka jalankan sudah ditentukan oleh bagian lain dalam organisasi, seperti oleh Bagian Pemasaran, jika public relations dipandang tidak lebih dari sekadar publisitas produk’ atau Bagian Umum jika public relations dianggap sebagai kegiatan protokoler. Menurut Dozier 1992, ketika sebuah organisasi mempraktekkan model press agentry atau model informasi publik, yang dibutuhkannya tidak lebih dari sekadar teknisi public relations. Sebagai konseksunsinya, petugas public relations biasanya disingkirkan dari perencanaan strategik organisasi dan dari proses solusi masalah. Teknisi biasanya dicari untuk mengimplementasikan komunikasi ke luar sesudah keputusan diambil pihak lain. Hal sangat mendasar yang membedakan kedua peranan ini adalah pada keterlibatan praktisi public relations dalam proses pengambilan keputusan di tingkat korporat. Para teknisi tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen, sedangkan manager terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai seorang teknisi, ia disingkirkan dari proses pengambilan keputusan dan ia disubordinasi oleh unit lain yang meng’casting’ public relations untuk melayani fungsi lain. Menurut Lauzen 1992, para praktisi yang menjalankan peranan manajerial utamanya membuat keputusan kebijaksanaan dan dianggap bertanggung jawab terhadap gagal atau berhasilnya sebuah program public relations. Praktisi yang bertindak atau menjalankan peranan manager terlibat dalam proses organisasi secara keseluruhan, tidak sekadar di bagian public relations. Di sini perlu dicatat bahwa ketika praktisi public relations menjalankan peranan manajerial, ada dua hal penting yang menjadi cirinya. Pertama, mereka merupakan bagian dari koalisi dominan dalam organisasi dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang memutuskan perencanaan strategik. Kedua, mereka mengelola bagian public relations tanpa campur tangan bagian lain dan bertanggung jawab secara penuh terhadap seluruh programnya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktek Public relations Pertanyaan-pertanyaan yang kemudian muncul berkaitan dengan klasifiksai model ini dan juga berkaitan dengan tipe peranan public relations ini antara lain mengapa dalam kenyataannya organisasi-organsiasi yang ada mempraktekkan model public relations yang berbeda-beda? Faktor apa yang menyebabkan organisasi memilih model tertentu dan tidak mempraktekkan model lainnya. Mengapa praktisi public relations menjalankan peranan yang berbeda-beda dalam berbagai organisasi. Pada mulanya, sejumlah riset memperkirakan faktor lingkungan organisasi mempengaruhi praktek public relations dalam sebuah organisasi. Ini tentu saja konsisten dengan teori sistem. Menurut Grunig 1992 organisasi dengan lingkungan yang berubah atau tidak stabil mungkin akan mempraktekkan model simetris dua arah agar mereka dapat mengelola kesalingtergantungan dengan lingkungan secara baik. Namun, ketiadaan bukti-bukti yang kuat, memaksa Grunig menyangsikan pengaruh lingkungan ini. L. Grunig 1992 kemudian menawarkan perspektif power-control pengendalian kekuasaan sebagai faktor penjelas mengapa organisasi mempraktekkan model public relations yang berbeda-beda. Perspektif ini mengasumsikan bahwa prilaku sebuah organisasi sangat ditentukan oleh pemegang kekuasaan dalam organisasi itu. Sedangkan keputusan para pemegang kekuasaan dalam organisasi, yang juga menentukan praktek public relations dalam organisasi tersebut lebih lanjut dipengaruhi oleh antara lain budaya perusahaan corporate atau organisational culture, potensi yang dimiliki oleh bagian public relations dan pemahaman para pemegang kekuasaan terhadap public relations. Sebuah organisasi yang menganut budaya otoriter cenderung akan mempraktekkan sistem manajemen tertutup sehingga mempraktekkan model asimetris. Sebaliknya, bila para pemegang kekuasaan dalam organisasi menekankan budaya partisipasi, mereka lebih suka dengan sistem terbuka sehingga ada kemungkinan lebih besar untuk mempraktekkan model simetris dua arah. Beberapa Penelitian Terlepas dari adanya kritik yang dialamatkan pada konsep model dan peranan public relations ini, baik karena kelemahan konsep itu sendiri dan masalah metodologi yang menyertai misalnya lihat Leichty & Springston, 1993 maupun terhadap dasar-dasar filosofis dan ideologis dari model public relations lihat Coombs, 1993, misalnya, konsep model dan peranan public relations ini merupakan konsep teoritis yang cukup banyak menjadi bahan acuan untuk penelitian public relations, bukan saja di Amerika Serikat, tetapi juga di negara-negara lain. Model public relations paling tidak sudah menjadi kerangka penelitian atau dasar teori penelitian public relations di Taiwan Huang, 1994, di India Sriremash, 1992 di China Chen, 1992, di Yunani lihat Grunig et. al. 1995. Studi-studi ini meneliti antara lain public relations model apa yang dipraktekkan dalam organisasi-organisasi di negara-negara tersebut? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penerapan masing-masing model yang dipraktekkan. Sriramesh 1992, misalnya, yang meneliti praktek public relations pada organisasi bisnis dan organisasi pemerintah publik di India Selatan menemukan sebagain besar organisasi mempraktekkan model press agentry dan model informasi publik. Terhadap fenomena ini, ia mengemukakan sejumlah faktor yang menjadi penyebabnya. Yang utama adalah budaya masyarakat India, yang juga mempengaruhi budaya perusahaan atau organisasi. Masyarakat India yang berkelas, bukan saja kelas berdasarkan kasta, tetapi juga kelas-kelas ekonomi melahirkan manajer-manajer yang yang memiliki hubungan asimetris dengan publik yang dihadapi organisasi. Budaya masyarakat ini juga hidup dalam praktek-praktek organisasi. Manajemen yang dikembangkan cenderung bergaya otoriter. Dalam masyarakat dan perusahaan seperti itu, manajer, yang memang punya asal usul dari kelas atas, baik dalam artian kasta maupun kelas ekonomi, menganggap tak ada gunanya organisasi mengakomodasi kepentingan-kepentingan publik. Berbeda dengan Sriramesh, Huang 1994 meneliti tentang praktek public relations pada sebuah perusahaan energi di Taiwan Taiwan Power Company= TPC. Ia meneliti praktek public ralations TPC sejak munculnya perlawanan kelompok aktivis terhadap TPC ketika TPC mengajukan proposal untuk membangun reaktor nuklir keempat di Taiwan. Huang menemukan bahwa kampanye public relations yang dilakukan TPC selama dua belas tahun 1980-1992 dicirikan dengan pandangan asimetris. Tiga model dominan yang dipraktekkan oleh TPC adalah model press agentry, model informasi publik dan model asimetris dua arah. Pada tahap awal kampanye, kegiatan public relations dicirikan dengan penggunaan propaganda yang menenkankan jaminan keselamatan dan keuntungan ekonomi dari pembangunan reaktor nuklir. Praktek ini didukung oleh kenyataan bahwa Taiwan pada saat itu merupakan negara otoriter. Pencabutan UU Darurat pada tahun 1987, mempengaruhi model public relations yang dipraktekkan TPC. Pada tahap ini, kegiatan public relations diarahkan untuk mendidik publik tentang tenaga nuklir. Pada tahap selanjutnya, karena adanya desakan yang begitu kuat dari publik, TPC mulai mengubah model public relationsnya. TPC mulai mempraktekkan model asimetris dua arah. Di sini praktisi public relations mulai memakai penelitian formatif dan evaluatif dalam usaha mereka untuk menyusun pesan-pesan yang diperkirakan mampu meyakinkan publik akan arti penting dan jaminan keselamatan tenaga nuklir. Bersamaan dengan itu, TPC juga mulai menerapkan teknik penggembosan publik, yakni dengan mendekati para pemimpin komunitas dan menggunakan uang atau keuntungan material lain untuk mempengaruhi publik. Walaupun pada akhirnya TPC menerapkan model public relations simetris dua arah, model ini hanya digunakan untuk mencapai motif asimetris yang melandasi tingkah laku TPC. Segera setelah pemerintah menyetujui proposal yang diajukan TPC, TPC segera menghentikan seluruh kegiatan komunikasinya. Dari penelitiannya ini, Huang menyarankan untuk melihat konteks sosial politik praktek public relations di negara-negara berkembang. Penelitian dan Pendidikan Public relations di Indonesia Dibandingkan dengan topik-topik lain dalam studi komunikasi di Indonesia, seperti jurnalistik, studi media massa dan komunikasi pembangunan, topik public relations kurang begitu mendapat perhatian. Dahlan 1982 misalnya, mengutip data dari penelitian Deppen, menunjukkan sedikitnya jumlah penelitian tentang public relations. Bahkan ia merupakan topik yang paling sedikit diteliti di antara topik-topik yang ada. Buku Asian Communication Handbook Goonasekera & Holaday , 1993 yang membuat daftar pustaka berkaitan dengan studi komunikasi di Asia, termasuk di dalamnya Indonesia, sama sekali tidak memuat topik penelitian tentang public relations. Jika praktek public relations di Indonesia ingin agar ia lebih membumi, mau tidak mau penelitian-penelitian tentang praktek public relations di Indonesia seyogyanya sudah mulai mendapat perhatian. Dari penelitian-penelitian ini bisa diharapkan munculnya teori-teori baru public relations khas Indonesia.’ Inilah yang kemudian bisa dijadikan body of knowledge’ pendidikan public relations. Mengacu pada Grunig 1993 penelitian-penelitian public relations bisa diarahkan ke dalam tiga level. Pada level mikro penelitian public relations diarahkan untuk penelitian terapan yang menjadi kepentingan utama dari para praktisi public relations, terutama dikaitkan dengan penelitian untuk perencanaan dan evaluasi program-program public relations. Pada level ini penelitian public relations umumnya berkaitan dengan efektifitas kampanye public relations dan sebagainya. Pada level meso managerial, penelitian public relations dikaitkan dengan bagaimana public relations dalam organisasi harus dikelola, faktor-faktor apa yang menentukan praktek public relations dalam sebuah organisasi, mengapa sebuah organisasi mempraktekkan satu model public relations, mengapa tidak memilih yang lainnya. Untuk kasus Indonesia, masalah mendasar yang perlu dijawab barangkali adalah bagaimana organisasi di Indonesia mempraktekkan public relations. Pada makro level, penelitian public relations berusaha untuk menjawab faktor-faktor sosial, budaya apa saja yang melingkupi organisasi mempengaruhi praktek public relations. Dikaitkan dengan pengembangan pendidikan tinggi public relations, dua teori atau konsep yang telah cukup mendapat pengembangan, sangat relevan untuk dijadikan bahan acuan. Dari model public relations misalnya, sebenarnya model public relations yang mana yang paling tepat untuk dikembangkan. Secara etis, tentu model simetris dua arah. Nampaknya pendidikan public relations di perguruan tinggi harus diarahkan menuju penerapan model simetris dua arah untuk berbagai organisasi. Model simetris dua arah sebenarnya model yang paling lengkap. Teknik-teknik dalam model yang lainnya masih bisa diajarkan kepada mahasiswa yang diarahkan untuk belajar model simetris dua arah. Sementara konsep peranan public relations memberikan gambaran posisi-posisi manajerial dan keterampilan macam apa kira-kira yang relevan yang perlu mendapat penekanan dalam kurikulum pendidikan tinggi public relations di Indonesia. Konsep ini menekankan pentingnya kemampuan teknis komunikasi untuk praktisi public relations dan sekaligus adanya tuntutan untuk memiliki kemampuan manajerial bagi mereka. Tinggal pilihannya adalah apakah pada tingkat perguruan tinggi mahasiswa semata-mata diarahkan untuk menguasai teknik komunikasi atau mereka diarahkan untuk menguasai keduanya sekaligus. Jika acuannya adalah pada kesiapan kerja, tak salahnya pendidikan public relations di perguruan tinggi mulai diarahkan untuk lebih berorientasi praktis. Namun demikian, ini semua harus disesuaikan dengan kebutuhan industri yang sedang berkembang. Catatan Penutup Ada sejumlah masalah yang ingin didiskusikan dalam makalah ini. Pendiskusian masalah ini didorong oleh kenyataan bahwa di satu sisi praktek public relations di Indonesia mulai tumbuh secara relatif pesat, sementara di sisi lain antisipasi dunia pendidikan tampaknya walaupun cukup positif, antisipasi ini tidak dibarengi dengan pengembangan konsep-konsep public relations yang mengakar di Indonesia. Buku-buku public relations yang muncul yang kemudian dijadikan acuan dalam pengajaran public relations perlu dipertanyakan, mengingat ada faktor-faktor sosial, politik dan budaya yang mempengaruhi konsep-konsep dalam buku itu, yang mungkin berbeda dengan kondisi sosial, politik dan budaya Indonesia. Dengan dasar ini, makalah ini menyarankan pentingnya penelitian-penelitian public relations di Indonesia sebagai bagian dari usaha membangun body of knowlegde’ public relations yang khas Indonesia untuk bahan pendidikan public relations di Indonesia. Walaupun demikian, makalah ini sebenarnya tidaklah bersikap apriori terhadap konsep-konsep public relations yang telah dimunculkan di negara-negara Barat. Konsep-konsep tersebut penting untuk dikemukakan di sini sebagai bagian dari penelusuran perkembangan teori-teori public relations yang telah berkembang selama ini. Di samping mendiskusikan konsep-konsep yang sudah berkembang selama ini, makalah ini juga mendiskusikan sejumlah penelitian di luar Amerika Serikat yang menggunakan konsep-konsep public relations sebagai kerangka teorinya. DAFTAR PUSTAKA Al-Enad, 1990. The role of public relations in developing countries. Public Relations Quarterly, Spring, 24-26. Chen, N. 1992. Public relations in China The introduction and development of occupational field. Disertasi PhD tak diterbitkan, Ohio University, Columbus. Coombs, W. T. 1993. Philosophical underpinning ramification of the pluralist paradigm, Public Relations Review, Vol. 19 2, 111-119. Dahlan, M. A. 1982. Communication for policy-makers and planners Some preliminary observations. Dalam S Amunugama dan A. R. bin Mohd Said editor, Communication Research in Asia, hal. 57-67. Singapore AMIC. Dozier, D. M. 1992. The organisational roles of communication and public relations practitioners. Dalam J. E. Grunig editor, Excellence in Public Relations and Communication Management, hal. 327-355. Hillsdale, NJ Lawrence Erlbaum Associates. Dozier, D. M. & Broom, G. M. 1995. Evolution of the manager role in public relations practice. Journal of Public Relations Research, Vol. 71, 2-26. Ekachai, D. G. 1995. Applying Broom’s roles scales to Thai public relations practitioners. Public Relations Review, Vol. 214, 325-336. Gandhy, Jr. O. J. 1992. Public relations and public policy The structuration of dominance in the information age. Dalam L. Toth & R. L. Heath editor, Rhetorical and Critical Approaches to Public Relations, hal. 131-163. Hillsdale, NJ Lawrence Erlbaum Associates. Goonesekera, A. & Holaday, D. 1993. Asian Communication Handbook. Singapore AMIC. Grunig, J. E. and Hunt, T. 1984. Managing Public Relations, New York Holt, Rinehart and Winston. Grunig, J. E. 1992. Communication, public relations, and effective organisation an overview of the book. Dalam J. E. Grunig editor, Excellence in Public Relations and Communication Management. hal. 1-28. Hillsdale, NJ Lawrence Erlbaum Associates. Grunig, J. E. 1993. Implications of public relations for other domains of communication. Journal of Communication, Vol. 433, 164-173. Grunig, L. A. 1992. Activism how to limits the effectiveness of organisation and how excellence public relations department respond. Dalam J. E. Grunig editor, Excellence in Public Relations and Communication Management. hal. 503-530. Hillsdale, NJ Lawrence Erlbaum Associates. Grunig, J. E. , Grunig, L. A. , Sriramesh, K., Huang, Yi-Hui, & Lyra, A. 1995. Models of public relations in an international setting. Journal of Public Relations Research, Vol. 73, 163-186. Heath, R. L. 1992. The wrangle in the marketplace A rhetorical perspective of public relations. Dalam E. L. Toth & R. L. Heath editor, Rhetorical and Critical Approaches to Public Relations, hal. 17-63. Hillsdale, NJ Lawrence Erlbaum Associates. Hodge, B. J. & Anthony, W. P. 1988. Organization Theory, edisi ketiga. Boston Allyn and Bacon. Huang, Y, 1994. Models of public relations and anti-nuclear actvism A case study of a nuclear power plant in Taiwan. Makalah disampaikan pada Konferensi Tahunan ke-44 the Internationa Communication Association, Sydney, 11-15 July. Hunt, T. & Grunig, J. E. 1994. Public Relations Techniques. Fort Worth Harcourt Bruce College Publisher. Lauzen, M. M. 1992. Public relations roles, intraorganizational power, and encroachmnet. Journal of Public relations Research, Vol. 18.3, 24-31. Leichty, G. & Springston, J. 1993. Reconsidering public relations models. Public Relations Review, Vol 19 4, 327-339. Rakow, 1989. Information and power Toward a critical theory of information campaigns. Dalam Salmon editor, Information Campaigns Balancing Social Values and Social Change., hal. 164-184. Newbury Park, Cal Sage. Sriramesh, K. 1992. Societal culture and public relations Ethnographic evidence from India. Public Relations Review, Vol. 182, 201-211. Toth, E. L. 1992. The case for pluralistic studies of public relations Rhetorical, critical and systems perspectives. Dalam E. L. Toth & R. L. Heath editor, Rhetorical and Critical Approaches to Public Relations, hal. 17-63. Hillsdale, NJ Lawrence Erlbaum Associates. Uud WahyudinMelly Maulin PurwningwulanThe purpose of government public relations activities is to build a good image for the institution. Toachieve its objectives, a mutually beneficial relationship is needed between PR and the mass paper analyzes in depth the urgency of mass media in campaigning for ViralkanKabarBaik asone of the government's public relations marketing media. The theory used is the media ecologicaltheory which focuses on many types of media and views media as an environment. The conclusion isthat ViralkanKabarBaik fosters public confidence in the government. It is expected that publicrelations practitioners are more proactive in reporting positive things using varied of public relations have identified four typical models of public relations practice in countries with Anglo cultures—press agentry, public information, two-way asymmetrical, and two-way symmetrical. Press agentry and public information form a continuum of craft public relations. The two-way models make up a continuum of professional public relations. Research shows that public relations departments contribute most to organizational effectiveness when they practice on the professional continuum and emphasize the symmetrical model more than the asymmetrical. However, most of the conditions that foster professional public relations in Anglo countries may not exist in and around most organizations in other cultures. In addition, in other countries practitioners may practice public relations according to a completely different model. In this article, we report a meta-analysis of studies of public relations practice in India, Greece, and Taiwan. Those studies show that craft public relations predominates in these countries Although practitioners ascribe to the values and goals of professional public relations, most do not have the knowledge to practice it. In addition, through the research we identified two additional patterns of public relations practice—"personal influence" and "cultural translation." These patterns may represent new models, but more likely they are variations within the four known models. The research also suggests, however, that public relations practice containing at least elements of the two-way symmetrical model may be generic to effective practice in all cultures. Krishnamurthy SrirameshThis study uses the methodology of ethnography to study the practice of public relations in India. The author concludes that Indian culture breeds a management philosophy that is domineering, and this in turn breeds a public relations department whose only purpose is to provide publicity for the a domineering management philosophy also results in labor relations policies that are primarily adversarial and interactions that are predominantly Sriramesh is an assistant professor in the Department of Communication at Purdue University, West Lafayette, Indiana. He holds a doctorate in public communication from the University of Maryland at College Park. David DozierGlen M. BroomWe conducted a comparison of public relations manager role enactment in 1979 and 1991. Using independent systematic samples of Public Relations Society of America members in 1979 N = 440 and 1991 N = 203. variables related to role enactment were tested in a causal model and compared over time 12 years. Key elements of the causal model remained constant. Gender male is positively related to professional experience; professional experience is positively related to predominant manager role enactment. Predominant manager role enactment, in turn, is positively related to participation in management decision making. Decision-making participation is positively related to both salary and job satisfaction. Key changes over time involve reduction in indicators of gender role segregation and salary discrimination. Specifically, gender male is positively related to predominant manager role enactment in 1979, after controlling for professional experience. In 1991, this residual variance is reduced to an insignificant level. In 1979, significant salary differences between men and women remain, after controlling for professional experience. Manager role enactment and decision-making participation. Arguably, such residual difference in salaries indicates gender salary discrimination. In 1991, this residual difference in salary is reduced to an insignificant level. James E. GrunigAu cours des dix dernieres annees, les chercheurs dans le domaine des relations publiques ont fait de remarquables progres et ont permis le developpement d'une theorie generale des relations publiques. La recherche en relations publiques a progresse a travers trois niveaux de problemes. Le niveau micro individu se refere a l'evaluation des programmes de relations publiques individuelles. Le niveau meso groupe se refere a l'organisation et a la gestion des departements de relations publiques. Le niveau macro environnement se refere a l'explication du comportement dans les relations publiquesMartha M. LauzenEncroachment occurs in public relations when professionals with expertise in such fields as marketing, law, human resources, or engineering occupy the senior public relations position in an organization. When encroachment occurs, public relations frequently becomes little more than a technical support function servicing other units of the organization—rather than a central management function in itself. I explored the idea that encroachment does not result so much from outsiders grabbing the turf of public relations as from weaknesses of public relations practitioners themselves. I used a systematic sample of 166 public relations practitioners in the United States to test the idea that public relations manager role aspirations and competencies and the schema held regarding the public relations function explains the extent to which encroachment takes place. Results suggest that managerial aspirations and competencies and the belief that public relations is a powerful organizational function decrease the likelihood of “Gee” EkachaiThis ankle used Broom's role scales to examine roles behaviors of Thai public relations practitioners to see if they perceive their roles similarly to their American counterparts. Four factors and one isolate emerged from the factor analysis manager, communication liason, media relation specialist, graphic technician, and Broom's role scales appear to have a cross-cultural application, at least with the Thai sample. The manager and communication liaison factors found in this study were consistent with the findings in a series of role studies conducted by Broom and Dozier.
\n\n \n pertanyaan kritis tentang public relations
ContohBerbicara di Depan Umum. Contoh-contoh public speaking sangat bagus untuk mempelajari keterampilan baru atau meningkatkan keterampilan yang ada. Itu berlaku untuk berbicara di depan umum juga. Jika Anda mendapat kesempatan untuk mendengarkan beberapa pembicara publik dengan rating bagus, Anda harus melakukannya. You know what's ironic? That we can spread information over the web through a quiz, and yet we have quizzes on that exact thing! That's right; this one is on public relations. Do you know your do's from your public forum don'ts? Can you tell what should be done and said online as opposed to in person or in a book? Are you the regular PR person in your group, who keeps the peace between your friends and other people they may have offended? Well then prove it; prove that you know what to say, when and how. Answer questions about speaking to individuals, groups or mass media. Answer why a person will take offense at your eyes, or why a group likes your smile! It's up to you to keep the peace, and to prove to your friends that you can! Top Trending Quizzes Do you understand Public Relations well? Do you know publicity and public relations are two different entities? Take this public relations trivia quiz with well-researched questions and answers to test your knowledge.... Questions 10 Attempts 4247 Last updated Aug 25, 2022 Sample Question What is a news story about a special event, a celebrity guest, a new promotional program, or other interesting topics that are sent to the news media in hopes that it will generate an article, an interview, or other media attention? Public relations Summary sheet News Release Fact sheets Answer these questions based on your reading Questions 8 Attempts 1502 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question The essence of public relations is To create meaningful conversations with others To create and maintain an effective operating environment To discuss important topics and issues in front of large audiences To look professional This test is aim at testing your understanding on the lesson objectives learn on Module 1 of the course you are currently taking Questions 20 Attempts 141 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question A PR is responsible for building the reputation and ___________ of an organization Interest Outlook Business Structure You may have heard the term “Public Relations” PR at work or even on TV at some point, and if you don’t know what it means, PR is the practice within a company of managing the spread of information between the... Questions 18 Attempts 1047 Last updated Mar 21, 2022 Welcome to the 2009 PRSA Ethics Quotient EQ Exam. This test has been developed to help public relations practitioners assess their sensitivity and knowledge of professional standards, according to the PRSA Member... Questions 14 Attempts 287 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question You work for a cosmetics company that specializes in marketing its products through department stores and a growing network of “Tupperware”-like parties run by the consultants who work in your department store settings. One of the most successful sales people is Emily Wilson who for reasons only she knows, after getting a in psychology from a Midwestern university, chooses to work in one of your cosmetic departments. She is very good and a great relationship builder with customers. In fact, many customers call her “Doc.” A local television station calls and asks about her and her credentials. The reporter seems to think it is pretty cool to have someone like her in a department store cosmetics department. They want to interview customers to see if they really know why she is called “Doc.” What is the biggest issue you face in talking about this woman and her success? Which provisions of the PRSA Code of Ethics are affected? Select all that apply. Deception Disclosure Moral issues Phantom experience Popular Topics Recent Quizzes . Questions 33 Attempts 509 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question What is a news story about a special event, a celebrity guest, a new promotional program, or other interesting topics that are sent to the news media in hopes that it will generate an article, an interview, or other media attention? Public relations Summary sheet News release Fact sheets Get your Company's PR profile Questions 7 Attempts 193 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question Does your company have a Communications/Public Relations team? Yes No THIS IS A TRAINING QUIZ FOR THE CITY OF OTTAWA PARKS AND WADING POOL PROGRAM. This quiz conists of nine questions containing both true and false and multiple choice questions. Please answer by selecting the appropriate... Questions 9 Attempts 1114 Last updated Mar 22, 2022 Sample Question Which of the following are general Public Relations objectives for our program? To publicize the educational and recreational facilities available. To encourage maximum use of the wading pool site in serving the community. To promote the role of staff, enabling them to deliver effective service and leadership. To seek the cooperation of patrons in the interest of their own safety and the safety of others. All of the above.
Terkadang seorang public relation mengalami ketergantungan akan pengetahuan yang terkumpul di dalam memori. Hal ini adalah penyakit yang dimiliki oleh seorang informan sehingga ia akan berbicara keluar jalur. Dan hal itu dapat terjadi dengan tanpa kesadaran kita hingga kita pernah berbicara, "Saya tadi ngomong apa ya?"
Proses PR cukup rumit dan penting untuk bisnis. Kapan pun Anda berencana menyewa firma PR untuk menangani PR untuk bisnis Anda, penting untuk membuat pilihan yang tepat. Namun media digital membuat pencarian menjadi lebih mudah. Pencarian Google tunggal akan memberi Anda beberapa perusahaan PR yang mengklaim sebagai yang terbaik di industri. Merupakan tanggung jawab Anda untuk menemukan agensi yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda. Proses yang paling umum untuk diikuti adalah memilih beberapa kandidat yang sangat baik dan secara pribadi mewawancarai masing-masing dari mereka untuk membuat keputusan akhir. Wawancara ini memainkan peran penting dalam pemilihan Anda karena mereka memberi Anda wawasan berharga tentang agensi PR yang akan Anda pekerjakan. Pertanyaan Wawancara PR Untuk Ditanyakan Pertanyaan yang Anda ajukan selama wawancara harus merupakan campuran pertanyaan teori PR dan pertanyaan tentang pengalaman kandidat. Berikut adalah 12 pertanyaan wawancara PR paling penting dengan jawaban yang dapat Anda tanyakan kepada kandidat untuk menyaringnya dan memilih perusahaan tempat Anda ingin bekerja 1. Menurut Anda, apa sih peran seorang PR professional? Mengajukan pertanyaan ini akan membantu Anda memahami pengetahuan dan persepsi humas kandidat sebagai pekerjaan. Jawaban yang tepat adalah bahwa peran seorang profesional PR adalah untuk menciptakan dan memelihara citra persetujuan klien mereka di depan umum. Tugas mereka adalah memastikan bahwa semua tujuan dan tujuan bisnis yang bersangkutan tercapai dengan pembuatan dan penyebaran pesan promosi dengan cara terbaik. 2. Di sektor mana perusahaan PR dapat bekerja? Di sektor mana Anda bekerja sebelumnya? Perusahaan PR dapat bekerja untuk semua sektor industri utama, termasuk Perusahaan periklanan Lembaga pemerintah Rumah media Lembaga nirlaba Perusahaan publik dan swasta Menanyakan sektor tempat mereka bekerja membantu Anda mendapatkan gambaran tentang pengalaman kerja mereka dan bidang spesialisasi mereka. Jika mereka belum pernah bekerja di sektor tempat Anda bekerja, pastikan mereka mampu melakukannya dengan efisiensi. apa yang Anda miliki yang menjadikan perusahaan Anda pilihan terbaik untuk perusahaan kami? Mengajukan pertanyaan ini akan membantu Anda memahami seberapa sadar diri kandidat dan mengetahui keterampilan apa yang mereka miliki yang dapat Anda fokuskan saat merekrut mereka. Anda dapat mencari keterampilan berikut pada seorang profesional PR untuk meningkatkan peluang mereka dipekerjakan Kreativitas Keterampilan komunikasi yang sangat baik Kepribadian yang ramah Nyaman dengan sering bepergian Penilaian yang bagus Keyakinan dalam melempar ide Bekerja sesuai jadwal Mampu menangani stres kerja 4. Apa perbedaan antara Periklanan dan Hubungan Masyarakat? Tujuan utama periklanan adalah untuk mendorong penjualan dengan langsung meminta prospek untuk terlibat dengan bisnis Anda dan membeli produk / layanan Anda. Di sini, ada pengiklan terkenal yang membayar sejumlah tertentu untuk membeli ruang / waktu media untuk menyiarkan pesan promosi. Di sisi lain, ruang lingkup PR lebih luas dari pada periklanan. Di sini, tidak ada pengiklan yang dapat diidentifikasi dengan jelas yang membayar untuk pesan yang disiarkan. Mereka diedarkan oleh pihak ketiga rumah media, jurnalis, dll. Di platform medianya tanpa campur tangan langsung oleh perusahaan. 5. Bagaimana Anda akan menggunakan media sosial untuk hubungan masyarakat? Media sosial memainkan peran kunci dalam PR karena dikonsumsi secara luas oleh jutaan orang setiap hari. Hampir wajib bagi kandidat Anda untuk menguasai semua platform media sosial utama dan menggunakan yang sama untuk menyebarkan pesan Anda ke publik. Selalu pastikan bahwa kandidat Anda menggunakan platform media sosial yang seimbang sesuai dengan audiens yang Anda targetkan. 6. Seperti apa siaran pers digital itu? Karena peningkatan penggunaan platform digital untuk tujuan PR, siaran pers digital menggantikan siaran pers tradisional. Oleh karena itu, perusahaan humas yang Anda sewa perlu mengetahui fitur, komposisi, dan penggunaan siaran pers tersebut. Siaran pers digital berisi fitur-fitur utama berikut Lebih pendek maksimal dua halaman Ini termasuk multi-media Ini termasuk tautan ke situs web Ini termasuk penggunaan kata kunci untuk tujuan SEO Netral tanpa bias terhadap perusahaan yang dipromosikan 7. Apa tantangan yang ingin Anda atasi? Pemecahan masalah merupakan elemen penting dalam PR. Perusahaan PR yang Anda rekrut harus dapat memahami tantangan khusus yang dihadapi oleh bisnis / entitas publik tertentu dan merancang kampanye PR untuk mengatasinya. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dapat diselesaikan dengan PR yang efektif Miskomunikasi Komunikasi berlebihan Reputasi buruk Kurangnya visibilitas merek Kurangnya kepercayaan internal Citra merek yang buruk Baca Juga –Panduan Utama Bagaimana PR Dapat Membantu Memasarkan Bisnis Baru Anda itu surat nada? Ini adalah salah satu dasar PR dan dapat digunakan dalam bentuk pertanyaan saringan. Ini adalah surat yang dilampirkan dengan siaran pers, yang ditujukan langsung kepada wartawan yang bersangkutan. Sementara siaran pers ditulis dengan orang ketiga, surat pitch ditulis sebagai orang kedua karena merupakan alamat langsung. Surat nada harus benar-benar menarik, terutama di awal. Jurnalis menerima beberapa surat seperti itu setiap hari dan penting agar surat Anda menonjol dengan judul yang menarik perhatian. 9. Apa keuntungan menyewa firma humas eksternal daripada PR internal? Keuntungan utama dari menyewa perusahaan PR eksternal daripada menggunakan PR internal adalah objektivitas yang dibawa oleh perusahaan eksternal. Para profesional PR internal dalam sebuah organisasi mungkin tidak kritis tentang aspek-aspek penting tertentu dan memiliki bias terhadap perusahaan yang tidak pernah sehat untuk melanjutkan hubungan masyarakat. 10. Bagaimana Anda menangani krisis yang mungkin mengancam reputasi klien Anda? Manajemen reputasi dan mitigasi krisis merupakan elemen penting dari Humas. Penting untuk memahami bagaimana kandidat Anda akan membantu Anda keluar dari krisis dengan membantu Anda memenangkan kepercayaan publik. Saat mengajukan pertanyaan ini, Anda dapat memberi mereka masalah praktis untuk dipecahkan untuk mendapatkan ide yang lebih baik tentang pendekatan mereka. 11. Rumah media dan jurnalis mana yang akan Anda dekati untuk menyebarkan pesan tertentu? Setiap rumah media dan jurnalis memiliki spesialisasi masing-masing dan dibutuhkan perusahaan PR yang cerdas untuk mendekati perusahaan yang tepat untuk menyampaikan pesan yang tepat. Berikan contoh yang berbeda kepada kandidat Anda dan tanyakan mengapa mereka memilih jurnalis tertentu untuk menyebarkan pesan yang berbeda. 12. Apa yang membuat perusahaan Anda unik? Meskipun ini pertanyaan klise, penting untuk mengetahui kegunaan tambahan apa yang disediakan oleh kandidat Anda untuk menyampaikan pesan Anda ke publik dengan cara yang efektif. Ini dapat bertindak sebagai keuntungan tambahan dalam mempekerjakan kandidat yang bersangkutan. Ini adalah sebagian besar pertanyaan penting yang dapat Anda tanyakan kepada kandidat Anda sebelum mempekerjakan kandidat terbaik untuk menangani PR Anda. Berdasarkan kebutuhan spesifik Anda, Anda selalu dapat menambahkan pertanyaan yang lebih spesifik untuk memahaminya dengan lebih baik.
AlexMulya, Direktur Riset Iconomics, mengatakan bahwa public relations (PR) memiliki peran penting dalam menciptakan berita positif untuk mengimbangi berita negatif saat dihadapkan pada situasi dan kondisi krisis seperti saat ini. Ketua Perhumas Agung Laksana menambahkan bahwa pandemi Covid-19 telah berdampak luas secara multidimensional.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ketika Sosial Distancing diterapkan oleh Pemerintah tentu semua aktivitas sebatas dapur, sumur, kasur. Hal ini sangat berbenturan dengan orang-orang yang biasa sibuk bekerja di luar rumah atau menyiasati kejenuhan tersebut salah satunya dengan menulis atau mengikuti diskusi online, juga mencari alternatif lain dengan memanfaatkan fasilitas teknologi, cara ini sedikit membantu meringankan kebosanan lain pihak, vendor-vendor internet mengalami lonjakan selangit, pasalnya untuk sekarang semua interaksi langsung terbatas, salah satu cara memanfaatkan fasilitas teknologi, ya internet tentunya. Dalam diskusi tersebut pun memanfaatkan fasilitas teknologi, tanpa bertatap muka. Diskusi sendiri mengusung tema, "Tantangan Public Relation Pada Situasi Krisis Coronavirus" bersama Ishaq Rahman Kepala Humas Unhas dipandu Hidayat Doe, Pengurus Rumah Produktif Indonesia Sulawesi Selatan. Jumat 27/3/2020.Sebelumnya telah diulas panjang lebar, nah untuk kali ini penulis mencoba mengutip pertanyaan dari peserta diskusi, sekaligus satu pertanyaan tersebut berbunyi demikian, turut prihatin atas Wabah Corona yang melanda negeri ini. Tanpa pandang bulu pangkat dan jabatan, virus ini begitu ekstrem menjalar dari manusia satu ke manusia lain, tidak hanya positif terpapar Covid-19, bahkan nyawa pemerintah untuk belajar, bekerja dan beribadah dari rumah tidak efektif efektif, pasal tetap saja masih ada yang membandel. Apa karena tidak ada monitoring dan evaluasi, atau merasa dirinya kebal. Sebagai praktisi Humas bagaimana menyikapi hal tersebut? Selain itu, penanya juga merasa miris menyaksikan pemberitaan melonjaknya harga masker, membuatnya langka, ditengah kelangkaan tersebut masih saja ada orang-orang mencari kesempatan dalam kesempitan dengan mengeruk keuntungan pribadi dan golongannya. Sebuah fenomena musiman yang mengerikan. Melihat fenomena ini, kira-kira apa solusi dari narasumber?Penanya berikutnya menuturkan, selama menjadi humas, hal pertama apa yang terfikirkan untuk disampaikan ke publik, yang mana ada banyak pihak yang terpengaruh dari info yang nantinya akan narasumber sampaikan?Selanjutnya, bagaimana pertimbangannya jika informasi yang ingin disampaikan ke publik memiliki sifat bertolak belakang antara kepentingan lembaga dan kepentingan publik? 1 2 3 4 5 Lihat Humaniora Selengkapnya
Tigapertanyaan untuk menyiapkan public speaking yang inspiratif Banyak orang yang ingin bisa berbicara di depan publik, tapi ga banyak orang yang bersedia investasikan waktu (dan usaha) ketika mempersiapkannya.
Crisis in a company or organization is something we do not want. But this can happen whenever and wherever we are, even when the company is widely known to the public or has not been known to the general public. The crisis in a company becomes the lowest point for the company to be able to restore the company's image back to its original good. The management of this crisis should be carried out from the beginning of the company's establishment so that everything is under control and the company can handle it directly. But this is not necessarily done by the company because at the beginning of the company's establishment they were more concerned with the future of the company than thinking about the side effects that would result from the company's crisis. In dealing with a crisis, the company must be able to manage the crisis to be more controlled so that the company's image returns to good. Therefore, of course the role of Public Relations here is very much needed because Public Relations has an important role and function in planning crisis preparation programs, crisis management itself when a crisis occurs and strategies after the crisis is resolved. So that the company can make decisions about what to do with the company so that the company's image will improve again. Abstrak Krisis dalam sebuah perusahaan atau organisasi merupakan hal yang tidak kita inginkan. Tetapi hal ini dapat terjadi kapanpun dan di manapun kita berada bahkan pada saat perusahaan sedang Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 Strategi Public Relations Dalam Menghadapi Krisis Perusahaan Sari Roti Studi Kasus Maraknya Tagar BoikotSariRoti di Media Sosial Oleh Radatun Nimah 2001016084 UIN Walisongo Semarang Email nimahradatun Abstract Crisis in a company or organization is something we do not want. But this can happen whenever and wherever we are, even when the company is widely known to the public or has not been known to the general public. The crisis in a company becomes the lowest point for the company to be able to restore the company's image back to its original good. The management of this crisis should be carried out from the beginning of the company's establishment so that everything is under control and the company can handle it directly. But this is not necessarily done by the company because at the beginning of the company's establishment they were more concerned with the future of the company than thinking about the side effects that would result from the company's crisis. In dealing with a crisis, the company must be able to manage the crisis to be more controlled so that the company's image returns to good. Therefore, of course the role of Public Relations here is very much needed because Public Relations has an important role and function in planning crisis preparation programs, crisis management itself when a crisis occurs and strategies after the crisis is resolved. So that the company can make decisions about what to do with the company so that the company's image will improve again. Keywords Crisis management, Public relations. Abstrak Krisis dalam sebuah perusahaan atau organisasi merupakan hal yang tidak kita inginkan. Tetapi hal ini dapat terjadi kapanpun dan di manapun kita berada bahkan pada saat perusahaan sedang 2 banyak dikenal khalayak ataupun belum sempat dikenal khalayak ramai. Krisis dalam sebuah perusahaan menjadi titik terendah bagi perusahaan untuk dapat mengembalikan citra perusahaan kembali baik seperti semula. Pengelolaan krisis ini seharusnya dilakukan sejak awal berdirinya perusahaan agar semua terkendali dan dapat langsung perusahaan atasi. Tetapi hal ini belum tentu dilakukan oleh perusahaan karena awal berdirinya perusahaan ini mereka lebih memikirkan masa depan perusahaan dari pada memikirkan efek samping yang akan ditimbulkan dari adanya krisis perusahaan tersebut. Dalam menghadapi krisis perusahaan harus dapat memanage krisis tersebut menjadi lebih terkendali agar citra perusahaan kembali baik. Oleh karena itu, tentu peran Public Relations disini sangat dibutuhkan karena Public relations memiliki peran dan fungsi penting dalam merencanakan program persiapan krisis, manajemen krisis itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi setelah krisis selesai ditanggulangi. Sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan mengenai hal yang akan dilakukan pada perusahaan agar citra perusahaan kembali membaik. Kata kunci Manajemen krisis, Public relations. Pendahuluan Krisis merupakan keresahan tersendiri bagi perusahaan atau organisasi yang sedang menghadapi krisis. Krisis harus ditangani dengan cepat, tepat, dan seakurat mungkin agar dampaknya tidak meluas Laraswati, 2021. Seperti halnya krisis yang dialami oleh PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. dikenal dengan produk dagang mereka yaitu Sari Roti. Perusahaan produsen roti terbesar di Indonesia ini sudah berdiri sejak 1995. Sebagai perusahaan besar, tidak heran apabila PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. dalam perjalanannya mengalami krisis karena semua perusahaan tentu pasti mengalami pasang surut. Seperti halnya perusahaan sari roti pada penghujung tahun 2016 tepatnya pada tanggal 2 Desember 2016, Sari Roti menghadapi krisis, yaitu dengan munculnya tagar kasus BoikotSariRoti. Adanya tagar BoikotSariRoti dengan berbagai cuitan netizen bisa berdampak buruk pada reputasi perusahaan, yang dimana termasuk kehancuran tidak nyata. Pada tanggal tersebut terjadi aksi penyuaraan pendapat yang kita kenal dengan Aksi 212. Pada saat aksi tersebut, terlihat beberapa penjual Sari Roti yang membawa gerobak rotinya di sekitar area Patung Kuda dan Monumen Nasional Monas. Keberadaan para penjual Sari Roti di tengah-tengah partisipan Aksi Demo 212 menarik perhatian publik. 3 Salah satu penyebabnya adalah pada setiap gerobak Sari Roti tersebut terdapat tempelan kertas yang bertuliskan “Gratis untuk Muhajid.“ Momen pembagian roti gratis untuk para partisipan 212 langsung terkenal di media sosial terlebih dikalangan warganet yang mendukung adanya aksi 212. Pujian untuk para pedagang Sari Roti terlontar dari para partisipan aksi 212 dan juga warganet yang mendukung aksi tersebut. Namun, sehari setelah terjadinya aksi 212 itu, PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. selaku produsen Sari Roti mengeluarkan press release terkait dengan viralnya aktivitas bagi-bagi roti gratis yang dilakukan oleh beberapa pedagang Sari Roti. Press Release yang dikeluarkan oleh pihak PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. justru membawa mereka ke dalam krisis. Fakta sebenarnya adalah ada oknum donator yang sudah membeli produk Sari Roti dari distributor. Oknum tersebut memberikan arahan kepada distributor tersebut untuk membagi-bagikan Sari Roti kepada para partisipan aksi 212. Donator melakukan hal tersebut untuk membantu para partisipan aksi 212. Namun, kesalahan yang terjadi disini adalah pihak distributor tidak menginfokan kepada pihak manajemen PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. selaku produsen. Sehingga terjadi miss communication. Strategi yang dilakukan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. dalam menangani krisis yang terjadi adalah dengan melakukan rebranding merubah kemasan selain itu PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. juga mengadakan kegiatan sosial seperti penyuluhan gizi kepada anak sekolah mengenai pentingnya sarapan sehat di berbagai kota, serta pengobatan gratis Rohayati, 2018. Kegiatan tersebut diharapkan mampu mengembalikan Kejadian yang menimpa sepatutnya dijadikan sebagai pelajaran dan bahan evaluasi bagi diri perusahaan, bahwa kedepannya pihak perusahaan harus mampu untuk lebih jeli dalam melihat situasi agar tidak gegabah ketika akan mengambil sebuah keputusan untuk melakukan suatu tindakan. Tinjauan Pustaka Selain PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. ada juga PT. Indofood yang sama mengalami krisis perusahaan lantaran adanya cuitan dari netizen mengenai produk mie yang diproduksi dalam kemasan mie goreng. Terjadi pada bulan Agustus 2015, khalayak di hebohkan dengan aksi adanya dugaan mie instan favorit jutaan masyarakat Indonesia yang telah dipalsukan. Isu mengenai pemalsuan produk Indomie goreng ini bermula pada status yang disertai foto kemasan Indomie seorang netizen yang diunggah melalui media sosial Facebook memperlihatkan bukti bahwa adanya perbedaan mulai dari stempel kode produksi sampai susunan bumbu antara kedua 4 bungkus Indomie goreng tersebut. Setelah mencoba dan rasanya juga berbeda, dengan segera netizen mempostingnya di Facebook. Dan hasil postingan tersebut menjadi suatu kehebohan pada masyarakat sehingga menyebabkan Masyarakat berpersepsi bahwa indomie goreng telah di palsukan. Isu mengenai produk tersebut menyebabkan mengalami suatu krisis yaitu krisis pencemaran nama baik dan Krisis kepercayaan. Dimana hasil postingan netizen media yang memperlihatkan secara jelas perbedaan kedua produk itu membuat nama atau produk tersebut menjadi tercemar dan masyarakat menjadi berfikir dua kali untuk membeli serta mengkonsumsi Indomie goreng itu dikarenakan ada rasa ketidakpercayaan dan ketakutan masyarakat terhadap produk tersebut. Adapun strategi yang dilakukan oleh PT. Indofood menanggapi isu tersebut, Indofood selaku perusahaan yang memproduksi angkat bicara dan mengatakan bahwa isu mengenai indomie goreng palsu itu tidak benar Stefanus Indrayana General Manager Corporate Communication PT Indofood Sukses Makmur Tbk mengatakan itu tidak benar karena menurutnya mesin diperusahaan mempunyai variasi sehingga punya perbedaan dalam percetakan kemasan indomie. Hal itu juga menyebabkan urutan bumbu dalam indomie berbeda. Dan mengenai rasa yang berbeda, Stefanus menduga hal itu hanya persepsi dari konsumen saja, pasalnya konsumen tersebut kata dia membeli indomie dari dua tempat yang berbeda. Kajian Teori 1. Strategi Manajemen Krisis a Strategi Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “strategos” stratos = militer dan ag = memimpin, yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Secara umum, strategi sebagai cara mencapai tujuan. Strategi merupakan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan Ashshidiqy & Ali, 2019. Strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Michael Porter dalam artikelnya yang berjudul Competitive Strategy dalam Harvard Business Review, menyatakan bahwa strategi adalah sekumpulan tindakan atau aktivitas yang berbeda untuk mengantarkan nilai yang unik. Adapun ahli yang menegaskan strategi terdiri atas aktivitas-aktivitas yang penuh daya saing serta pendekatan-pendekatan bisnis untuk mencapai kinerja yang memuaskan 5 sesuai terget. Strategi sebenarnya didasarkan pada analisis yang terintegrasi dan holistik. Artinya, setelah strategi disusun, semua unsur yang ada dalam organisasi sudah presfektif jangka panjang, strategi dirumuskan untuk merealisasikan visi dan misi korporasi. b Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi–fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian. c Krisis Krisis adalah kejadian yang tidak diharapkan, berdampak dramatis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendorong organisasi kepada suatu kekacauan chaos dan dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya tindakan nyata Dwi Putri Loven, 2020. Terdapat lima tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenal dan dipahami adalah sebagai berikut  Tahap pre-crisis sebelum krisis Tahap ini adalah kondisi sebelum sebuah krisis muncul. Dari sini sudah terlihat benih-benih munculnya krisis yang kemungkinan akan terjadi.  Tahap warning peringatan Awal munculnya suatu masalah untuk pertama kalinya dikenali, apakah dapat dipecahkan, diakhiri selamanya atau dibiarkan berkembang menuju permasalahan yang lebih serius.  Tahap acute akut Pada tahap ini krisis mulai terbentuk publik mulai mengetahui adanya masalah dan akan menyebar luas kesemua penjuru sehingga reputasi perusahaan mulai memburuk. 6  Tahap clean-up pembersihan Waktu untuk memulihkan perusahaan dari kerugian. Agar perusahaan dapat kembali bangkit dari adanya krisis yang dialami Wijayanti, 2022.  Tahap post-crisis sesudah krisis Perusahaan mulai bereaksi untuk membangun strategi baru dan lebih menarik agar citra perusahaan kembali bangkit dan dikenal khalayak. Masa krisis adalah keadaan tertentu. Jika krisis dapat ditangani dengan baik dan tepat waktu maka akan mengarah pada keadaan membaik namun sebaliknya jika diabaikan atau tidak segera ditangani maka akan memburuk dan bahkan akan berakibat fatal Fitri et al., 2021. Krisis sebagai sebuah situasi yang tidak stabil dengan berbagai kemungkinan menghasilkan hasil yang tidak diinginkan. Jika organisasi mengalami situasi krisis, maka prosedur-prosedur normal tidak berjalan dengan baik dan akan kehilangan arah dan tujuan perusahaan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen krisis adalah merupakan suatu menajemen pengelolaan, penanggulangan, dan pengendalian krisis hingga pemulihan citra perusahaan corporate image recovery. Manajemen krisis melibatkan perencanaan dan tindakan yang terkoordinir dengan baik untuk mencegah terjadinya eskalasi krisis Nurfauzi, 2021. selain itu, para pengambil keputusan dalam tim manajemen krisis juga dilengkapi dengan informasi yang diperlukan dan rencana-rencana yang dapat digunakan dalam menghadapi dan menangani situasi krisis. 2. Public Relations Istilah Public Relations merupakan penggabungan dari dua kata yaitu, public atau masyarakat dan relations atau hubungan Fahri, 2017. Public relations atau humas hubungan masyarakat merupakan sesuatu yang belum begitu familiar, belum dikenal atau masih asing di telinga masyarakat. Adapun definisi Public Relations menurut para ahli 1. Menurut Cultip n Center, adalah fungsi manajemen yang menyatakan, membentuk, dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan berbagai macam public, dimana hal tersebut dapat menentukan sukses atau gagalnya organisasi. 7 2. Menurut Howard Bonham, public relations suatu seni untuk menciptakan pengertian public secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam kepercayaan public terhadap suatu organisasi. 3. Menurut Frank Jefkins, public relations merupakan keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun kedalam, yakni antara suatu organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik atas dasar adanya saling pengertian. 4. Hermawan mengenai Public Relations adalah fungsi manajemen yang memiliki ciri yang terencana dan kontinu melalui organisasi untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan. Dari definisi di atas disimpulkan bahwa Public Relations adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan atau di kembangkan oleh seseorang organisasi, perusahan, dalam proses aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar organisasi Sumampouw et al., 2016. Dengan bertujuan menciptakan opini publik yang menguntungkan untuk kedua belah pihak dengan secara tepat dan terus menerus, yang menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik, bertujuan menanamkan keinginan baik, kepercayaan saling adanya pengertian, dan citra yang baik dari publiknya. Public Relations bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan masyarakat untuk menerima sebuah situasi agar dapat diterima kembali Chumaeson & Hartini, 2020. Strategi Public Relations dalam Merespons Krisis Perusahaan sebaiknya selalu memiliki rencana dalam menghadapi krisis dan menghindari keputusan yang justru akan membuat perusahaan terperosok lebih jauh dalam krisis Maulin Purwaningwulan, 2013. Mereka harus tahu skenario terburuk yang akan terjadi dan harus mempunyai contingency plan dalam menghadapinya. Apabila pencegahan krisis tidak berhasil maka menurut enam langkah berikut segera harus di ambil 1. Melakukan Penilaian yang objektif terhadap penyebab Krisis 2. Menentukan apakah penyebab terjadinya krisis memiliki dampak jangka panjang atau hanyalah fenomena sesaat. 8 3. Perhitungkan setiap kejadian dalam krisis dengan cermat sehingga setiap peristiwa yang terjadi dapat diantisipasi dengan baik. 4. Memusatkan perhatian pada upaya menyelesaikan masalah. 5. Memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk memperbaiki keadaan. 6. Segera bertindak untuk melindungi cash flow perusahaan. Metodologi Metodologi penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif dengan bertumpu pada krisis yang dialami oleh PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. Penulis menggunakan Teknik simak dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melihat kasus boikotsariroti yang sempat ramai diperbincangkan. Penulis menganalisis kasus yang dialami oleh perusahaan sari roti dengan data yang diperoleh dari berita resmi. Hasil dan Diskusi Krisis adalah suatu hal yang dihindari oleh semua perusahaan dan organisasi. Dengan adanya krisis, tentu akan banyak dampak negatif bagi perusahaan tersebut. Salah satu dampak terbesar dari krisis yang akan dihadapi perusahaan adalah rusaknya reputasi perusahaan Lengkong et al., 2017. Ketika reputasi perusahaan sudah rusak tentu akan membuat perusahaan kehilangan arah dan tujuan dalam membangun sebuah usaha. Selain rusaknya reputasi, citra perusahaan juga akan memburuk tentu banyak khalayak ramai membicarakan tentang keburukan dari perusahaan tersebut. Setiap krisis tentu memiliki penyelesaian yang berbeda tergantung tingkat permasalahan yang perusahaan alami Yuanita, 2021. Kasus ini berawal dari miss communication yang terjadi pada internal PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk sebagai produsen Sari Roti. Seperti yang diketahui, sebenarnya Sari Roti tidak membagikan gratis produk mereka tetapi sebelumnya sudah ada pihak yang membeli produk tersebut melalui distributor dalam jumlah banyak, lalu pihak tersebut meminta untuk dibagi-bagikan pada saat aksi 212. Di sini seharusnya terjalin komunikasi antara produsen dan distributor. Distributor seharusnya memberikan informasi bahwa agen Sari Roti diminta untuk membagikan produk Sari Roti pada saat aksi 212. Hal ini menjadi penting karena logo perusahaan Sari Roti terpampang jelas. Membawa logo perusahaan pada momen yang besar 9 tanpa sepengetahuan perusaahan bisa membawa banyak dampak baik positif maupun negatif. Dalam kasus ini, Sari Roti mendapatkan dampak negatif. Kesalahan pihak Sari Roti adalah komunikasi yang terjalin antara produsen dan distributor tidak terjalin dengan baik. Padahal, jika terjalin komunikasi yang baik krisis seperti ini sangat bisa dihindari. Bagi-bagi Sari Roti gratis mungkin bisa tetap dilaksanakan tanpa membawa logo perusahaan atau mungkin akan ada jalan tengah lainnya yang bisa dipilih jika antara produsen dan distributor ada komunikasi mengenai hal ini sebelum aksi 212 berlangsung. Kasus BoikotSariRoti tidak hanya sekedar cuitan masyarakat di media sosial. Banyak pihak benar-benar memboikot produk Sari Roti. Mereka yang awalnya rutin membeli produk Sari Roti pun rela tidak membeli produk tersebut. Beberapa warung, mini market, bahkan sekolah pun menolak menjual produk Sari Roti. Mereka menempelkan kios mereka dengan tulisan “Tidak menjual produk Sari Roti”. Kalaupun ada produk Sari Roti pada kios tersebut itu hanyalah produk sisa yang dikirimkan sebelum terjadi keributan BoikotSariRoti di media sosial. Pihak Sari Roti pada dasarnya mengeluarkan press release ditujukan untuk meredam situasi pro dan kontra yang sedang memanas di masyarakat. Press release yang seharusnya menjadi senjata baik pada saat krisis ini ternyata menjadi bumerang balik kepada pihak Sari Roti. Publik malah semakin menjadi-jadi untuk menggaungkan BoikotSariRoti karena hadirnya press release tersebut. Gambar 1. Press release yang dikeluarkan oleh perusahaan Sari Roti 10 Adapun cuitan dari netizen mengenai boikotsariroti melalui Twitter sebagai berikut “Kalo bukan krn pembeli dari kalangan muslim, sari roti tak bakal exist di indo,, tapi kok kurang ajar. mari boikot BoikotSari Roti” “Dengan ketakutannya pabrik sari roti, mengindikasikan sari roti mendukung Ahok, boikotsariroti” “Hmmm bukannya bersyukur jd bagian 212 malah begitu ya...cukup tau ya... gak akan beli sari roti lagi boikotsariroti” Reputasi Sari Roti yang sebelumnya baik di masyarakat menjadi buruk karena adanya press release tersebut. Hal ini mempengaruhi penjualan Sari Roti. Pemboikotan membuat penjualan Sari Roti menurun dan banyak pihak juga yang tidak lagi simpati pada Sari Roti. Hal ini tentu membuat perusahaan sari roti harus dapat memulihkan krisis ini karena sangat berpengaruh terhadap masa depan perusahaan sari roti ini. Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan beberapa hal untuk menyelesaikan krisis ini. Adapun Strategi yang dilakukan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. dalam menangani krisis yang terjadi adalah dengan melakukan rebranding merubah kemasan. Pembaharuan produk diharapkan dapat memberikan pandangan baru yang positif di masyarakat terhadap Sari Roti. Sari Roti melakukan rebranding dengan melakukan penggantian design kemasan, dan juga mengeluarkan 20 jenis varian rasa terbaru yang siap dipasarkan, Sari Roti dapat melihat peluang dimana Sari Roti harus melakukan inovasi agar masyarakat tertarik dengan produk-produk Sari Roti. Dengan adanya rebranding yang dilakukan pihak Sari Roti terbukti berhasil dengan naiknya kembali penjualan Sari Roti. Selain itu, nama Sari Roti di masyarakat juga semakin melejit. selain melakukan rebranding PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. juga mengadakan kegiatan sosial seperti penyuluhan gizi kepada anak-anak diberbagai sekolah mengenai pentingnya sarapan sehat, serta pengobatan gratis. Kegiatan tersebut diharapkan mampu mengembalikan Kejadian yang menimpa sepatutnya dijadikan sebagai pelajaran dan bahan evaluasi bagi diri perusahaan, bahwa kedepannya pihak perusahaan harus mampu untuk lebih jeli dalam melihat situasi agar tidak gegabah ketika akan mengambil sebuah keputusan untuk melakukan suatu tindakan. 11 Kesimpulan Krisis merupakan hal yang tidak terduga kedatangannya bisa kapanpun dan di manapun. Krisis dalam sebuah perusahaan menjadi titik terendah bagi perusahaan untuk dapat mengembalikan citra perusahaan kembali baik seperti semula. Pengelolaan krisis seharusnya dilakukan sejak awal berdirinya perusahaan agar semua terkendali dan dapat langsung perusahaan atasi. Public relations memiliki peran dan fungsi penting dalam merencanakan program persiapan krisis, manajemen krisis itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi setelah krisis selesai ditanggulangi. Sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan mengenai hal yang akan dilakukan pada perusahaan agar citra perusahaan kembali membaik. Adapun kasus yang dihadapi oleh perusahaan Sari Roti mengenai boikotsariroti membuat reputasi perusahaan dan citra perusahaan dipandang buruk oleh khalayak. Berawal dari adanya miss communication dari pihak perusahaan Sari Roti sampai ramai di media sosial mengenai press release yang dikeluarkan oleh perusahaan Sari Roti membuat kritis perusahaan semakin rumit. Tetapi perusahaan sari roti dapat memulihkan krisis yang dialami dengan mengambil berbagai tindakan yang dilakukan seperti merubah kemasan, menambah produk varian yang beraneka ragam dan melakukan penyuluhan gizi kepada anak-anak diberbagai sekolah mengenai pentingnya sarapan sehat, serta pengobatan gratis. Hal ini berhasil dilakukan oleh perusahaan Sari Roti sehingga reputasi perusahaan Sari Roti tetap dapat dipertahankan hingga kini dan penjualan produk sari roti kian meningkat. 12 Daftar Pustaka Ashshidiqy, N., & Ali, dan H. 2019. View of PENYELARASAN TEKNOLOGI INFORMASIDENGAN STRATEGI BISNIS. Chumaeson, W., & Hartini, S. 2020. View of AKTIVITAS HUMAS DPD RI DALAM MENYAMPAIKAN INFORMASI PUBLIK MELALUI MEDIA RELATIONS. Dwi Putri Loven, M. C. dan ayub. 2020. Crisis Management Public Relations of PT KAI Commuter Jabodetabek on Handling KRL Cross Accident September 2015 JCommsci - Journal Of Media and Communication Science. Fahri, L. M. 2017. Strategi Marketing Public Relations Go-Food dalam Pembentukan Citra Perusahaan di Kota Surabaya. Fitri, N., Karim, A., & Rachmawati, F. 2021. Strategi Komunikasi Krisis Maskapai Penerbangan di Indonesia Studi Analisis Komunikasi Krisis Adam Air , Air Asia dan Sriwijaya Air dalam Menghadapi Krisis Kecelakaan Pesawat melalui Prespektif Komunikasi Islam pesawat yang paling banyak menimbulkan k. 1, 89–104. Laraswati, M. mercia danRaqhuel V. P. E. dan A. P. P. 2021. View of STRATEGI KRISIS KOMUNIKASI PT. NIPPON INDOSARI CORPORINDO TBK SARI ROTI PADA KASUS BOIKOTSARIROTI. 10. Lengkong, S. L., Sondakh, M., & Londa, J. W. 2017. STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM PEMULIHAN CITRA PERUSAHAAN STUDI KASUS RUMAH MAKAN KAWAN BARU MEGAMAS MANADO Lengkong ACTA DIURNA KOMUNIKASI. Maulin Purwaningwulan, M. 2013. PUBLIC RELATIONS DAN MANAJEMEN KRISIS - 13 Repository UNIKOM. Nurfauzi, E. dan A. dan S. M. 2021. Manajemen Krisis Satgas Penanggulangan Bencana PT. Banten Wet Java Tourism Development Nurfauzi Indonesian Journal of Tourism and Leisure. Rohayati. 2018. STRATEGI DAN TAHAPAN MANAJEMEN KRISIS DALAM KAJIAN PUBLIC RELATIONS SEBUAH TINJAUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM Rohayati An-Nida’. Sumampouw, C. F., Himpong, M., & Tulung, L. 2016. STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MEMPROMOSIKAN SWISS-BEL HOTEL MALEOSAN MANADO Sumampouw ACTA DIURNA KOMUNIKASI. Wijayanti, Y. T. 2022. Manajemen Komunikasi Krisis Desa Wisata Pulesari dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. JCommsci - Journal Of Media and Communication Science, 51, 26–40. Yuanita, D. 2021. Peran key opinion leader dalam strategi public relations pada komunikasi krisis perusahaan. PRofesi Humas Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, 61, 23. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Yani Tri WijayantiThe Covid-19 Pandemic that has hit Indonesia for the last two years has had an impact on all sectors of life, including the tourism sector. The impact is felt in the tourist villages, one of which is Pulesari Tourism Village. A very significant decline in tourist visits since March 2020, even having to close for a few months, has an impact on the economic condition of the surrounding community, because this tourist village is managed by the community themselves. The Pandemic is one of the causes of the crisis. This study aims to find out how tourism village crisis communication management is in the face of the covid-19 pandemic. the well as analysis of crisis management, the right strategy is an adaptive strategy. For crisis communication management, there are three main principles in crisis communication, namely speed of conveying messages, consistency, and openness. Crisis communication management can be done by tourism village managers is by developing communication strategies, delivering messages regularly, optimizing communication channels by utilizing social media, and providing input to KomunikasiKrisis MaskapaiPenerbangan Di IndonesiaIslamp>Strategi komunikasi krisis diperlukan untuk perusahaan dalam menghadapi krisisnya apakah tetap bertahan atau gagal. Krisis datangnya tiba-tiba, tidak bisa diprediksi sebelumnya. Bagi maskapai penerbangan, krisis yang paling mengerikan adalah terjadinya kecelakaan pesawat terbang. Jika pengelolaan komunikasi krisisnya tidak baik bisa berakibat fatal yaitu gulung tikar seperti apa yang dialami oleh Maskapai Adam Air. Tujuan dari tulisan ini adalah membandingkan beberapa komunikasi krisis yang dilakukan oleh maskapai penerbangan Indonesia yang pernah mengalami kecelakaan pesawat yaitu Adam Air, Air Asia dan Sriwijaya Air. Selain mengetahui strategi komunikasi krisis juga akan dibahas manajemen krisis dan peran public relations dalam mengelola krisis tersebut dan memulihkan reputasi perusahaan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Air Asia dan Sriwijaya Air dapat menangani krisis dengan baik. Air Asia berhasil mengembalikan citra baik perusahaan sedangkan Sriwijaya Air masih dalam tahapan pemulihan krisis karena krisis yang daialami Sriwijaya Air lebih kompleks dan masih dalam masa Pandemi. Beberapa Langkah yang dilakukan adalah membuat media center untuk mempermudah komunikasi dan informasi satu pintu untuk keluarga korban dan media. Penyampaian komunikasi krisis yang dilakukan oleh Sriwijaya Air dan Air Asia sesuai dengan prespektif komunikasi Islam. ABSTRACT A crisis communication strategy is needed for the company in the face of its crisis whether it persists or fails. The crisis came suddenly, unpredictably before. For airlines, the most dire crisis is the occurrence of aircraft accidents. If the management of crisis communication is not good it can be fatal, namely what kind of rollout experienced by Adam Air Airlines. The purpose of this paper is to compare some crisis communication conducted by Indonesian airlines that have experienced plane accidents, namely Adam Air, Air Asia and Sriwijaya Air. In addition to knowing the crisis communication strategy will also be discussed crisis management and the role of public relations in managing the crisis and restoring the reputation of the company. The results of the research obtained are communication strategies conducted by Air Asia and Sriwijaya Air can handle the crisis well. Air Asia managed to restore the company's good image while Sriwijaya Air is still in the crisis recovery stage because the crisis that is experienced by Sriwijaya Air is more complex and still in the pandemic period. Some steps are done is to create a media center to facilitate communication and information one door for the victim's family and the media. The delivery of crisis communication conducted by Sriwijaya Air and Air Asia in accordance with the perspective of Islamic communication. Keywords Crisis Communication, Crisis Management, Imagery, Plane Crash Kata Kunci Komunikasi Krisis, Manajemen Krisis, Citra, Kecelakaan Pesawat

Peluangkerja sebagai Public Relations akan selalu terbuka, karena: 1. Setiap Perusahaan akan Selalu Membutuhkan Public Relations Public relations (PR) akan selalu dibutuhkan oleh suatu perusahaan, perannya sangat penting dalam membangun dan menjaga saling pengertian antara organi­sa­si, stakeholder, dan masyarakat umum.

Jika kamu diundang interview untuk posisi public relations PR, kamu mungkin harus siap-siap dengan sejumlah pertanyaan sulit. PR merupakan salah satu profesi yang cukup digemari belakangan ini. Ketika kamu ingin menjadi seorang public relations dan mendapatkan undangan interview dari sebuah perusahaan, otomatis kamu akan merasa sangat senang dan antusias. Meski demikian, kamu harus mempersiapkan dengan matang sebelum interview nanti agar merasa tenang. Nah, sebagai persiapan kamu, Glints akan memberikan beberapa pertanyaan interview PR yang bisa kamu pelajari. 1. Seberapa mahir kamu berbicara? © Public relations tentu tidak akan terlepas dari yang namanya bicara. Pasalnya, seorang public relations juga merupakan representasi dari sebuah perusahaan. Dengan demikian, kamu tentu nantinya akan ditanya seberapa mahir kamu dalam hal berbicara. Bahkan, tidak menutup kemungkinan kamu juga akan langsung disuruh praktik berbicara saat interview sedang berlangsung. 2. Apa cara yang kamu terapkan saat membangun koneksi? © Membangun koneksi dengan pihak lain merupakan salah satu tugas dari seorang public relations. Seorang PR dituntut untuk dapat membangun pihak yang menguntungkan seperti media ataupun perusahaan lainnya. Terlebih di zaman sekarang media online sudah banyak, otomatis PR juga harus membangun koneksi dengan baik dan tepat. Kamu tentu harus menjawab dengan hati-hati ketika sedang mendapatkan pertanyaan interview PR ini. Kamu bisa menjelaskan bahwa kamu punya cara halus ataupun persuasif. 3. Sumber media apa yang sering kamu ikuti? Mengapa? © Pexels Menurut The Balance Careers, perusahaan ingin mengetahui apa media mana yang sering kamu baca dalam sehari-hari. Untuk itu, pertanyaan ini lazim ditanyakan saat interview kerja untuk posisi PR. Sebagai seorang PR, kamu tentu harus mengetahui berita-berita dari berbagai macam sumber media yang ada saat ini. Hal itu penting agar kamu tidak ketinggalan zaman. Sumber media apa yang kamu baca akan menjadi nilai bagi perusahaan nantinya. Tak hanya itu, kamu juga harus menjelaskan mengapa kamu menyukai media tersebut, apa alasan terkuat kamu menyukainya. Dengan demikian, perusahaan akan mengetahui seberapa besar kualitas kamu dalam mengolah berita dan sebagainya. 4. Mengapa kamu menyukai PR? © Pertanyaan ini sudah dipastikan akan ditanyakan oleh perusahaan saat kamu sedang interview untuk posisi PR. Menurut Wayup, sebelum menjalin hubungan terhadap orang lain, maka kamu harus terlebih dahulu menjelaskan, mengapa kamu sangat menyukai dunia PR? Apa alasan kamu memilih PR? Jawab pertanyaan-pertanyaan itu tanpa keraguan. Pastikan kamu membuat perusahaan mengira bahwa kamu merupakan calon kandidat terbaik sejauh ini. Jawaban yang cerdas tentu akan sangat disukai oleh perusahaan dan kemungkinan besar kamu diterima akan meningkat. 5. Apakah kamu bersedia bekerja di luar jam kerja? © Pexels Pertanyaan interview PR yang satu ini tentu harus kamu jawab dengan hati-hati. Pasalnya, PR memang memiliki tugas yang cukup berat. Mereka harus membangun koneksi dengan bagus di luar maupun di dalam perusahaan. Oleh karena itu, terkadang PR akan bekerja di luar jam kerja untuk mendapatkan target yang tepat. Apabila kamu mendapatkan pertanyaan tersebut, jawab dengan yakin bahwa kamu dapat mengatasi kerjaan yang berada di luar jam kerja walaupun harus bertabrakan dengan rutinitas. Intinya memang seorang PR harus siap selalu ketika ada informasi baru yang masuk, dan ini memang sudah menjadi tugas mereka. Kamu yang ingin menjadi PR tentu harus siap dengan segala risiko yang ada. 6. Berikan contoh masalah yang berhasil kamu atasi © Freepik Menurut Wayup, pertanyaan interview PR yang satu ini harus kamu persiapkan dengan sebaik mungkin. Temukan studi kasus sebelumnya yang pernah kamu selesaikan dengan baik. Misalnya, dalam sebuah organisasi kamu dapat menyelesaikan masalah komunikasi dengan baik antara sponsorship dengan organisasi kamu. Intinya, kamu harus pintar dalam mencari kasus yang benar-benar sudah kamu selesaikan. Perusahaan tentu ingin tahu seberapa besar tanggung jawab kamu dalam menyelesaikan masalah. 7. Menurutmu, apa itu public relations? © Pertanyaan interview PR selanjutnya yang harus kamu perhatikan adalah “menurutmu, apa itu public relations?”. Melansir laman The Balance Career, pihak rekruter melontarkan pertanyaan ini untuk melihat pengetahuanmu seputar dunia PR. Nah, dikarenakan ada berbagai jenis public relations, kamu bisa kaitkan jawaban pada bidang PR yang pernah kamu jalankan. Kamu bisa jawab pengertian PR secara umum lalu tambahkan elemen-elemen dalam bidang di mana kamu memiliki pengalaman. Dengan cara ini, dijamin rekruter akan yakin untuk menerima sebagai anggota baru tim PR perusahaan. 8. Apa platform media sosial favoritmu? © Kebanyakan rekruter akan melontarkan pertanyaan seputar media sosial favoritmu saat interview PR. Mengapa demikian? Sebab, mereka ingin melihat seberapa paham kamu tentang tren yang sedang berlangsung di dunia maya. Tak hanya itu, pihak rekruter juga ingin mengetahui pada media sosial apa kira-kira tim PR bisa menempatkanmu bila kelak diterima. Maka dari itu, sebelum interview, cobalah untuk menguasai berbagai platform media sosial yang sedang booming, seperti Instagram dan TikTok. Dengan itu, kesempatanmu untuk diterima tentunya akan meningkat drastis. 9. Menurutmu, mengapa perusahaan membutuhkan tim public relations? © Pertanyaan berikutnya yang akan dilontarkan saat interview PR adalah pendapatmu terkait kebutuhan perusahaan untuk tim public relations. Melansir laman GRB, pertanyaan ini diberikan rekruter sebagai cara untuk melihat pengetahuanmu mengenai korelasi PR dan bisnis. Rekruter juga ingin mengetahui apakah kamu akan memprioritaskan nama baik perusahaan apabila terjadi konflik yang tak diinginkan. Nah, berdasarkan hal tersebut, jangan lupa untuk pelajari secara saksama peran PR di dunia bisnis yang sudah serba modern ini. Kamu bisa ambil contoh dari beberapa konflik perusahaan serta cara tim PR mereka menuntaskan permasalahan tersebut. 10. Apa perbedaan PR dari advertising? © Tak jarang, rekruter akan memberikan pertanyaan mengenai perbedaan public relations dari advertising saat interview PR. Hal ini mereka tanyakan karena kedua hal tersebut sering dibandingkan oleh masyarakat awam. Pasalnya, public relations dan advertising sejatinya saling berkaitan dan sering digunakan pada satu proyek yang serupa. Nah, tentunya pihak perusahaan tidak menginginkan calon pekerja yang pengetahuannya akan dunia PR masih minim. Maka dari itu, pelajari perbedaan antara PR dan advertising sebelum berangkat interview. 11. Apa saja skill yang bisa kamu berikan untuk tim public relations? © Berikutnya, pihak rekruter juga akan melontarkan pertanyaan terkait skill yang bisa kamu berikan pada tim PR saat interview. Ingat, kamu bukan satu-satunya kandidat yang menjalankan interview. Tentunya sudah banyak yang job seeker andal yang hadir dan menunjukkan kualitas yang mumpuni. Maka dari itu, supaya bisa unggul, kamu harus berikan jawaban serta bukti penggunaannya kepada pihak rekruter perusahaan. Sebagai contoh, kamu bisa paparkan bahwa kamu memiliki skill penulisan yang cakap. Hal ini pernah kamu buktikan saat membuat press release untuk perusahaan tempatmu magang. 12. Mengapa perusahaan harus menerimamu? © Pertanyaan terakhir yang akan diberikan rekruter perusahaan saat interview PR adalah “mengapa perusahaan harus menerimamu?”. Mungkin kini kamu berpikir, bukannya pertanyaan ini akan dilontarkan pada semua jenis interview? Ya, hal tersebut tidaklah salah. Akan tetapi, rekruter di sini ingin melihat seberapa besar kamu menginginkan posisi di tim PR, sesuai ujaran Reuben Sinclair. Saat menjawab, usahakan untuk tidak terdengar seperti mengemis. Justru, kamu bisa paparkan mengenai skill dan pengalamanmu bekerja di bidang PR. Apabila tidak memiliki pengalaman bekerja di perusahaan, kaitkan kemahiran yang kamu raih saat berorganisasi atau menjalankan acara kepanitiaan. Sebagai contoh, kamu bisa jelaskan pada rekruter mengenai pengalamanmu bekerja sampai ketua divisi humas di organisasi kampus. Sampaikan pada mereka mengenai skill yang kamu raih, tugas yang dikerjakan, serta prestasi yang didapatkan bersama tim. Dijamin jawaban seperti ini akan menggaet minat rekruter untuk menerimamu sebagai karyawan di kantor baru. Nah, itulah pemaparan Glints mengenai 12 pertanyaan yang akan dilontarkan dalam interview bidang public relations. Setelah tahu sejumlah pertanyaan interview untuk PR, tentunya kamu makin siap kan untuk mengikuti wawancara kerja? Bila ya, segera kunjungi laman marketplace lowongan kerja Glints. Di sana, terdapat banyak lowongan kerja public relations yang sedang menunggu lamaranmu. Menarik bukan? Jangan sampai ketinggalan. Yuk, cek lowongannya dan daftar sekarang juga. Gratis! 30 Public Relations Interview Questions to prepare for Graduate PR Interview Questions 5 Common PR Interview Questions for Young Job Seekers Public Relations Interview Questions and Answers
MenurutRosady Ruslan (2001, p.246) tujuan public relation adalah sebagai berikut: a. Menumbuh kembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen. b. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan. c. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relation. d. i4OC.
  • pa04aku6gf.pages.dev/55
  • pa04aku6gf.pages.dev/314
  • pa04aku6gf.pages.dev/266
  • pa04aku6gf.pages.dev/298
  • pa04aku6gf.pages.dev/122
  • pa04aku6gf.pages.dev/219
  • pa04aku6gf.pages.dev/29
  • pa04aku6gf.pages.dev/168
  • pa04aku6gf.pages.dev/277
  • pertanyaan kritis tentang public relations